Foto yang enggak ada makna nya. |
Belakangan gue seperti menjalani kehidupan, bukan menghidupinya. Alih-alih menikmati, yang terjadi gue sibuk melakukan setiap ritmenya. Hidup gue jadi terasa terlalu sebentar. Iya, semua hanya sebatas melewati setiap hari, dan malamnya dengan cara yang selalu sama.
Gue bangun pagi hari, berangkat ngajar ke sekolah. Lalu gue akan pulang usai jam makan siang. Sampai rumah gue langsung terlelap tidur sebab inilah kesempatan gue untuk tidur, karena kesibukan lainnya akan menunggu saat sore hingga malam. Saat waktu memaksa gue untuk kembali kerumah, gue tidak punya banyak cara untuk melaluinya.
Sampai di rumah gue langsung akrab dengan benda dengan layar sentuh milik gue sampai dini hari menjebak gue untuk segera menutupkan mata sejenak.
Hal-hal tadi akan berulang hingga akhir pekan. Gue akan senang ketika akhirnya sabtu siang menyapa. Akhirnya gue diberi kesempatan untuk merubah sedikit kebiasaan tadi.
Lalu gue jadi sadar gue hanya memiliki beberapa agenda rutin setiap akhir pekan. Mengunjungi pernikahan, lari hingga senja berakhir. Lalu menikmati malam bersama teman atau hanya dengan diri sendiri. Semua malah seperti rutinitas lagi bagi gue. Dan gue kembali merasakan bosan yang begitu akut. Dan rasanya hidup gue jadi tidak begitu menyenangkan seperti saat masih kuliah dulu.
Gue jadi kangen jatuh cinta, bukan sama orangnya. Tapi sama setiap proses jatuh cinta. Malu-malu saat pertama kali memulai perbincangan, berdamai dengan hati yang deg-deg an saat mengajak untuk pergi bersama pertama kalinya. Genggaman pertama yang dilakukan dengan keberanian yang menutupi rasa malu akan penolakan. Panggilan yang tercipta hanya untuk dia. Dan segala hal yang tidak pasti lainnya.
Seakan hidup lebih menarik ketika gue mengalami banyak hal yang tidak terduga. Banyak hal.
Dan hal itu semakin menggelora saat akhirnya gue di respon, yang menurut gue, cukup baik. Gue semakin berani untuk melakukan step selanjutnya. Sok-sok an di depan si pujaan hati, memelankan suara, atau tindakan memainkan rambutnya. Rasanya semua kembali seperti seharusnya.
Butuh berapa bulan lagi bagi gue untuk kembali menikmatinya?
Di lain sisi, banyak yang bilang ketika lu butuh jatuh cinta karena hidup lu membosankan, itu bukan langkah yang baik. Katanya dalam percintaan itu bukan membawa kebahagiaan, tapi membagi kebahagiaan. Dan gue rasa gue harus lebih bahagia dulu sama diri gue. Baru kemudian gue akan menemukan seorang yang kebahagiaan nya setara untuk berbagi dengan kebahagiaan milik gue. Lalu kebahagiaan kami akan berkombinasi menghasilkan kebahagiaan jenis baru.
Cukup menyebalkan ya paragraf gue tadi?
Kembali ke rutinitas.
Disisi lain, gue butuh rutinitas untuk menurunkan berat badan gue yang masih setia di tiga digit angka. Gue harus rajin lari, fitness, dan mengurangi beragam asupan yang sering masuk begitu aja ke dalam saluran pencernaan gue.
Selama empat bulan, (hampir) rutin lari setiap sabtu, plus kadang hari minggu, atau hari lainnya untuk lari. Gue malah mengalami peningkatan berat yang bikin gue semakin enggak yakin sama program yang sedang gue jalani.
Tampaknya gue cukup ahli melakukan rutinitas pekerjaan tapi enggak cukup ahli untuk rutin lari, dan mengatur makanan yang masuk. Rasanya kayak gue memang ahli dalam melaksanakan kehidupan yang membosankan.
Udah ah, bosan gue berbagi kebosanan.
See you.
4 kicauan
Write kicauanSemangat bang, semuanya memang perlu waktu :)
ReplySemoga berhasil ya nurunin berat badannya. Jaga pola makan aja bang, terutama makn di waktu-waktu tertentu :)
Ajak murid study tour dong, bang. Biar nggak bosan. Siapa tau dapat kenalan di tempat sana. :))
ReplyDi waktu waktu tertentu maksudnya apa tuh?
ReplyMemang semua butuh waktu
Udah pernah yang ada malah gue kayak babysister mereka. Selalu diikutin kemana-mana selalu di ikutin
ReplyKomentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon