Kalian Pisah?
...
Juno masih dengan senyum datar ketika pertanyaan itu muncul dari Adit yang sudah tidak tahan untuk bertanya.
"Kami bukan berpisah. Kami hanya udah enggak berada dalam satu koridor" jawab Juno, sambil menyalakan rokok nya yang kelima setidaknya untuk beberapa jam belakangan. "Namanya juga hubungan men" timpahnya lagi
"Tapikan elu selalu bilang bahkan ke kita, lu mau jadiin Nanda itu sebagai istri lu" sambar Adit lagi. Sigit hanya mendengar sambil melihat handphone nya dan Yuni bertindak sebagai pendengar yang baik.
"Gue bahkan udah punya tabungan buat rencana itu dit. Tapi kami ternyata udah enggak sejalan"
"Jadi lu gagal dong untuk menuhin cita-cita lu untuk enggak PDKT lagi sama cewek lain. Karena lu udah nemu She is the one?"
"Gue malah takut kalo gue bener-bener enggak mau PDKT lagi sama siapapun" ucap Juno sambil membuang abu rokoknya.
"Si Nanda enggak cerita banyak tentang berakhirnya hubungan kalian. Tapi yang gue liat dia cukup sedih dan shock" timpal Yuni, akhirnya berani bersuara. "Dia bahkan bilang kalo lu enggak pernah ngerokok depan dia" katanya lagi ketika melihat Juno memainkan asap yang ia keluarkan.
"Gue banyak berubah demi dia. Gue yang dulu enggak pernah ibadah aja, jadi malu pas diingatkan sama Nanda. Bahkan pas gue pacaran sama dia jumlah konsumsi rokok gue turun banget. Gue enggak mau ngeracunin dia"
"Dia seneng lu mau berkorban demi dia Jun" Yuni mencoba menguatkan.
"Apa yang beda dari lu setelah kalian pisah Jun?" Tanya Sigit iseng
"Gue jadi punya kehidupan yang penuh warna tapi di lain sisi itu kayak hampa-hampa gimana gitu" kata Juno sambil mengernyitkan dahi
"Terus?" Adit ikutan bertanya ke Juno
"Karena gue udah enggak punya orang yang bisa gue peduliin secara khusus, akhirnya gue malah jadi terlalu peduli sama banyak hal. Hal-hal yang kecil. Gue jadi gampang curhat sama banyak orang, curhatin beragam hal yang kadang malah remeh banget. Jadi sering aja gitu ngumpul dan ngabisin waktu sama beragam temen"
"Lu pernah ketemu dia lagi?" tanya Adit, sambil ikut menyalakan rokoknya yang ketiga
"Pernah. Sering malah"
"Gimana rasanya?" si Yuni ikut penasaran
"Hmm, dia sekarang lebih tinggi, putih tapi senyumnya masih sama"
"Bukan gitu. Maksud gue gimana perasaan lu pas ngeliat dia?"
"Gue si awalnya masih mau natap dia. Tapi gue dapatnya tatapan seolah-olah gue itu pelaku pelecehan. Lama-lama gue jadi males deh natap lagi"
"Lah kok?"
"Tanyakan aja sama tukang parkir itu" jawab Juno sengaja memancing tawa.
"Lu masih mau sama Nanda?" tanya Yuni. Sambil mengaruk rambutnya dalam krudung.
Gue engga akan jawab pertanyaan itu. Karena gue tau lu temen dia, lu pasti bakalan ngasih tau dia . Si Juno mau menjawab seperti itu tapi yang keluar malah "hmm. Entahlah"
"Lu lagi ngedeketin cewek lain Jun?" tanya Sigit dengan tatapan curiga.
"Kenapa pertanyaan itu selalu muncul? Emang kalau cowok pasti begitu apa" Juno menjawab murka.
...
Juno masih dengan senyum datar ketika pertanyaan itu muncul dari Adit yang sudah tidak tahan untuk bertanya.
"Kami bukan berpisah. Kami hanya udah enggak berada dalam satu koridor" jawab Juno, sambil menyalakan rokok nya yang kelima setidaknya untuk beberapa jam belakangan. "Namanya juga hubungan men" timpahnya lagi
"Tapikan elu selalu bilang bahkan ke kita, lu mau jadiin Nanda itu sebagai istri lu" sambar Adit lagi. Sigit hanya mendengar sambil melihat handphone nya dan Yuni bertindak sebagai pendengar yang baik.
"Gue bahkan udah punya tabungan buat rencana itu dit. Tapi kami ternyata udah enggak sejalan"
"Jadi lu gagal dong untuk menuhin cita-cita lu untuk enggak PDKT lagi sama cewek lain. Karena lu udah nemu She is the one?"
"Gue malah takut kalo gue bener-bener enggak mau PDKT lagi sama siapapun" ucap Juno sambil membuang abu rokoknya.
"Si Nanda enggak cerita banyak tentang berakhirnya hubungan kalian. Tapi yang gue liat dia cukup sedih dan shock" timpal Yuni, akhirnya berani bersuara. "Dia bahkan bilang kalo lu enggak pernah ngerokok depan dia" katanya lagi ketika melihat Juno memainkan asap yang ia keluarkan.
"Gue banyak berubah demi dia. Gue yang dulu enggak pernah ibadah aja, jadi malu pas diingatkan sama Nanda. Bahkan pas gue pacaran sama dia jumlah konsumsi rokok gue turun banget. Gue enggak mau ngeracunin dia"
"Dia seneng lu mau berkorban demi dia Jun" Yuni mencoba menguatkan.
"Apa yang beda dari lu setelah kalian pisah Jun?" Tanya Sigit iseng
"Gue jadi punya kehidupan yang penuh warna tapi di lain sisi itu kayak hampa-hampa gimana gitu" kata Juno sambil mengernyitkan dahi
"Terus?" Adit ikutan bertanya ke Juno
"Karena gue udah enggak punya orang yang bisa gue peduliin secara khusus, akhirnya gue malah jadi terlalu peduli sama banyak hal. Hal-hal yang kecil. Gue jadi gampang curhat sama banyak orang, curhatin beragam hal yang kadang malah remeh banget. Jadi sering aja gitu ngumpul dan ngabisin waktu sama beragam temen"
"Lu pernah ketemu dia lagi?" tanya Adit, sambil ikut menyalakan rokoknya yang ketiga
"Pernah. Sering malah"
"Gimana rasanya?" si Yuni ikut penasaran
"Hmm, dia sekarang lebih tinggi, putih tapi senyumnya masih sama"
"Bukan gitu. Maksud gue gimana perasaan lu pas ngeliat dia?"
"Gue si awalnya masih mau natap dia. Tapi gue dapatnya tatapan seolah-olah gue itu pelaku pelecehan. Lama-lama gue jadi males deh natap lagi"
"Lah kok?"
"Tanyakan aja sama tukang parkir itu" jawab Juno sengaja memancing tawa.
"Lu masih mau sama Nanda?" tanya Yuni. Sambil mengaruk rambutnya dalam krudung.
Gue engga akan jawab pertanyaan itu. Karena gue tau lu temen dia, lu pasti bakalan ngasih tau dia . Si Juno mau menjawab seperti itu tapi yang keluar malah "hmm. Entahlah"
"Lu lagi ngedeketin cewek lain Jun?" tanya Sigit dengan tatapan curiga.
"Kenapa pertanyaan itu selalu muncul? Emang kalau cowok pasti begitu apa" Juno menjawab murka.
Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon