Kita lanjut.
Andaikan kita adalah buruh. Mungkin kita akan senang tidak kepalang bahwa harinya kita menjadi libur nasional. Akhirnya kita dihargai sebagai seorang buruh.
Sekarang kembali ke posisi kita sebenarnya, sebagai seorang mahasiswa, dijadikannya hari buruh sebagai hari libur nasional malah menandakan bahwa presiden kita muak dengan kemacetan yang terjadi saat perayaan tersebut, muak ketika buruh semena mena memaksa rekan sesama buruh untuk meliburkan diri. Yang pada akhirnya berdampak pada ekonomi yang tersendat pada hari itu...
DAN, mungkin juga dijadikannya hari buruh sebagai libur nasional bisa dijadikan alasan untuk presiden kita tidak ditempat. Tidak ditempat saat para buruh menyampaikan keluhannya.
Dapat dikatakan sebuah paradoks mungkin teman teman..
Lanjut lagi ditanggal setelah hari buruh, ada juga sebuah peringatan besar. Kamu tentu tau. Peringatan yang bagi saya malah lebih cocok dijadikan hari libur nasional dibanding sehari sebelumnya.
Di hari itu diperingati sebuah kata sakral, yang menjadikan bangsa apapun yang mementingkannya sebagai sebuah bangsa yang besar. Hari Pendidikan Nasional yang aku maksud teman teman.
Tapi yang kita lihat "Pendidikan" yang sudah seharusnya diperhatikan dengan sungguh-sungguh malah bagai sebuah gudang tak diurus. Pendidikan di indonesia hanyalah sebuah kewajiban menghafal, sebuah kewajiban bahwa semua orang harus memiliki standar yang sama akan pengetahuannya.
Katakan lah muncul sebuah harapan baru dengan munculnya kurikulum baru, tapi apakan mie instan membuatmu kenyang lebih lama daripada nasi yang lebih lama kau buat?
Saya tidak akan mengurai banyak tentang kurikulum instan itu karena tentu Anda lebih tau daripada saya, yang jelas 1 atau 2?
Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon